Energi fusi dianggap sebagai “cawan suci” teknologi energi. Berbeda dengan energi nuklir konvensional yang menggunakan fisi (pembelahan inti), fusi bekerja dengan menggabungkan inti atom hidrogen menjadi helium, melepaskan energi luar biasa besar.
Keunggulannya jelas: energi hampir tak terbatas, tanpa emisi karbon, dan jauh lebih aman dibanding reaktor nuklir biasa. Limbah radioaktifnya sangat sedikit, menjadikannya solusi ideal untuk krisis energi global.
Proyek internasional seperti ITER di Prancis, serta penelitian di AS, Tiongkok, dan Korea Selatan, terus berlomba membuat reaktor fusi yang stabil. Beberapa eksperimen bahkan berhasil menyalakan fusi selama beberapa detik dengan output energi lebih besar dari input.
Meski begitu, tantangan teknis luar biasa besar. Fusi membutuhkan suhu setara inti matahari—lebih dari 100 juta derajat Celsius. Menjaga plasma panas tetap stabil adalah rintangan terbesar.
Selain teknis, biaya pembangunan juga sangat mahal. Reaktor fusi raksasa bisa menelan miliaran dolar, sehingga kolaborasi internasional menjadi kunci.
Namun, banyak ilmuwan optimis energi fusi bisa komersial dalam beberapa dekade mendatang. Jika berhasil, dunia akan memasuki era baru energi bersih dan murah.
Energi fusi bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal masa depan peradaban.
Bayangkan dunia di mana listrik tak pernah padam, harga energi murah, dan krisis iklim bisa diatasi. Itulah janji besar dari fusi nuklir.