Tren thrifting (membeli pakaian bekas) kini semakin populer di kalangan anak muda Asia, dengan fokus khusus pada vintage Jepang. Pakaian bekas Jepang dianggap memiliki kualitas material yang superior, daya tahan yang tinggi, dan menawarkan estetika unik yang tidak dapat ditemukan dalam fast fashion massal. Tren ini didorong oleh keinginan generasi muda untuk mengekspresikan individualitas dan pada saat yang sama, menjadi konsumen yang lebih berkelanjutan.
Pakaian vintage Jepang sering kali menampilkan potongan desain yang unik dan merek-merek yang jarang ditemukan di luar negeri, menjadikannya harta karun bagi para fashion enthusiast. Popularitas ini juga didukung oleh platform e-commerce dan media sosial yang memfasilitasi penjualan global pakaian bekas, memungkinkan pengecer kecil di Tokyo atau Osaka untuk menjangkau pembeli di Manila atau Jakarta.
Selain faktor estetika dan kualitas, gerakan thrifting ini merupakan respons terhadap masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh industri fast fashion. Dengan memilih pakaian bekas, konsumen muda Asia merasa telah berkontribusi pada ekonomi sirkular, mengurangi limbah tekstil, dan mempromosikan konsumsi yang lebih bertanggung jawab.
Secara keseluruhan, tren thrifting vintage Jepang di Asia adalah perpaduan antara apresiasi terhadap kualitas, ekspresi gaya pribadi yang unik, dan kesadaran lingkungan yang tumbuh. Ini menunjukkan perubahan mendasar dalam kebiasaan belanja dan nilai-nilai generasi muda di kawasan ini.

